Wednesday, December 16, 2009

re-read and re-post

katakan sejauh apa diri ini berubah dalam pandang matamu sahabat?...
dan akan kuberitahu sejauh mana bayangmu terserap dalam diriku..

membaca ulang postingan2 dulu (penting gak penting yang pasti tetep asik) membuat gw menyadari sesuatu..bahwa gw dulu sangat terpengaruh oleh tarlen..lugas, tajam, dan sarkastik..jadi pijakan dalam melihat melihat dunia ini..
dan sekarang?..suka2 gw style?..hahah..


semua hal di dunia ini berubah..begitu juga gw..


oh ini quotes terbaru dari tarlen yg gw suka: (sebenerny sih ini punya sohibny tarlen tp y sudahlah yaaaa.. ;p)


"Jika kita menutup tubuh agar tak menggigil, aku bisa mengerti, Namun mengapa kita tutup perasaan kita, walaupun kita menyadari, bahwa perasaan kita bisa beku?"



***************************************

waktuku adalah hari ini

Aku akan memulainya dengan ucapan syukur dan senyuman, bukan KRITIK.

Akan kuhargai setiap detik, menit dan jam, karena tak sedetik pun dapat ditarik kembali. Hari ini tidak akan kusia-siakan, seperti waktu lalu yang terbuang percuma.

Hari ini takkan kuisi dengan kecemasan tentang apa yang akan terjadi esok.

Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi.

Hari ini aku belajar lagi, untuk merubah diri sendiri. Hari ini akan kuisi dengan KARYA. Kutinggalkan angan-angan, yang selalu mengatakan:

“Aku akan melakukan sesuatu jika keadaan berubah.”

Jikalau keadaan tetap sama saja, dengan kemurahanNYA aku tetap akan sukses dengan apa yang ada padaku.

Hari ini aku akan berhenti berkata: “Aku tidak punya waktu.”

Karena aku tahu, aku tidak pernah mempunyai waktu untuk apapun.

Jika aku ingin memiliki waktu, aku harus meluangkannya.

Hari ini akan kulalui seolah hari akhirku , akan kulakukan yang terbaik dan ……….tidak akan ditunda sampai esok.

karena esok belum tentu ada


********************************************

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah.

Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu mengambil segenggam garam dan segelas air.

Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduk perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, “ujar Pak tua itu.

“Asin. Asin sekali, “jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Saat pemuda itu selesai mereguk air itu, Beliau bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar,” sahut sang pemuda.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?” tanya Beliau lagi.

“Tidak,” jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Beliau melanjutkan nasehatnya. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”


nb: @_@..

gila yah gw dulu bijaksana sekaleee..hahaha..

1 comment:

nimazayu tiffany said...

hee??bijaksana?
iya duluuuu...sekarang...?